Le Mayeur Museum – Museum Seni di Bali

Le Mayeur Museum merupakan sebuah museum yang menampilkan karya-karya seni dari Adrien Jean Le Mayeur dan juga koleksi-koleksi seni tradisional Bali serta artefak lokal dari Bali milik Adrien Jean Le Mayer. Oleh karena itu lah museum ini dinamai museum Le Mayeur atau dalam bahasa Inggris Le Mayeur Museum. Museum ini terletak di daerah Sanur, Bali.

Le Mayeur Museum merupakan sebuah museum yang menampilkan karya-karya seni dari Adrien Jean Le Mayeur dan juga koleksi-koleksi seni tradisional Bali serta artefak lokal dari Bali milik Adrien Jean Le Mayer. Oleh karena itu lah museum ini dinamai museum Le Mayeur atau dalam bahasa Inggris Le Mayeur Museum. Museum ini terletak di daerah Sanur, Bali.

Le Mayeur Museum – Kesenian di Bali

Le Mayeur Museum

Kesenian di Bali yang dimaksud yang terdapat di Le Mayeur Museum merupakan kesenian yang berasal dari Hindu Jawa yang diciptakan oleh para seniman di masa kerajaan Majapahit. Pada akhir abad ke 13, Kerajaan Majapahit melakukan ekspansi ke Bali sehingga kebudayaan dan seni di Bali kurang lebih memang terpengaruh oleh kebudayaan Hindu Jawa. Sejak abad ke 16 hingga abad ke 20, sebuah kampung bernama Kamasan, Klungkung, yang terletak di bagian timur Bali, merupakan pusat seni Bali yang klasik.

Jadi, pada awal tahun 1920an, seni tradisional lukisan Bali hanya diketahui sebagai seni bergaya Kamasan atau Wayang. Seni lukisan tersebut merupakan bentuk visual yang menceritakan syair kepahlawanan Hindu Jawa yakni Ramayana dan Mahabharata. Selain itu juga seni lukisan ini menggambarkan sejumlah cerita rakyat seperti kisah Panji. Warna yang digunakan untuk lukisan hanya terbatas pada warna-warna natural seperti merah, kuning tua, hitam, dan lain sebagainya. Banyak lukisan ini, bahkan hampir semuanya, diciptakan untuk keperluan religius masyarakat bali dan juga untuk ditampilkan di candi-candi mereka. Semua karya lukis tersebut diciptakan tidak oleh perorangan, melainkan bersama-sama oleh beberapa orang. Sayangnya, hampir semua karya tersebut diciptakan secara anonim atau tanpa disertakan siapa pelukis sebenarnya.

Le Mayeur Museum

Lalu pada pertengahan 1920, berdatangan lah para turis dari barat yang merupakan seniman. Kedatangan mereka membuat Bali menjadi daerah dimana para seniman berkumpul. Contoh-contoh seniman yang pada saat itu mengunjungi dan mempengaruhi kesenian di Bali diantaranya adalah Paul Gaugin, Donald Friend dari Australia, Arie Smit dan Rudolf Bonnet dari Belanda, Walter Spies dari German, dan juga tidak ketinggalan Adrien Jean Le Mayeur yang berasal dari Belgia. Kebanyakan para seniman dari barat ini memberikan pengaruhnya walaupun sedikit pada kesenian di Bali hingga akhir atau setelah periode perang dunia ke dua.

Kemudian modernisasi seni mulai muncul di Bali dan berkembang di tiga daerah besar di Bali yakni di Ubud, Sanur, dan Batuan dimana para musisi, penari, pemahat, pelukis banyak berkumpul. Baru lah pada permulaan abad ke 20, beragam seni Bali baru berkembang. Hingga pada akhir abad ke 20, reputasi pusat seni di Bali di bangun di beberapa perkampungan di sekitar Ubud dimana Ubud sebagai pusat utamanya. Ubud dan Batuan memang sangat dikenal dengan kesenian lukisannya, sedangkan daerah Mas, terkenal dengan seni pahatan kayunya, daerah Celuk terkenal dengan seni tambang emas dan perak, dan terakhir Batubulan terkenal dari seni pahatan besinya. Perkembangan seni Bali yang berkembang sangat pesat ini seperti perpaduan dari kemurnian seni klasik hindu Jawa dengan gaya seni informal abad 17. Uniknya lagi, para masyarakat Bali, membuat karya seni adalah untuk sebagai barang-barang keperluan mereka sehari-hari dan bukan benar-benar dimaksudkan untuk menjadi objek seni semata.

Nah, Adrien Jean Le Mayeur setelah kedatangannya pada tahun 1932, jatuh cinta pada Bali baik seni maupun kebudayaannya dan tinggal di Denpasar. Dia terkesima tidak hanya oleh gaya hidup tradisional masyarakat bali dan ritual di candinya serta tarian daerahnya, dia juga terkesima oleh warna, cahaya, dan keindahan alam di Bali. Perjalanannya di Bali tersebut yang pada akhirnya melahirkan Le Mayeur Museum.